Senin, 25 Maret 2019

SEJARAH OLEG TAMULILINGAN

Nahh... Kali ini aku bakalan jelasin nihh sejarah dari tari oleg tamulilingan.

Tari Oleg Tamulilingan diciptakan oleh seniman besar tari Bali yaitu I Mario. Oleg dapat berarti gerakan yang lemah gemulai, sedangkan tamulilingan berarti kumbang pengisap madu bunga. Tari Oleg Tamulilingan melukiskan gerak-gerik seekor kumbang, yang sedang bermain-main dan bermesra-mesraan dengan sekuntum bunga di sebuah taman. Tarian ini sangat indah. Tari Oleg Tamulilingan merupakan karya cipta seniman besar I Ketut Marya alias I Mario yang paling populer di antara sejumlah ciptaannya. Tarian ini digarap tahun 1952 atas permintaan John Coast, budayawan asal Inggris yang sangat terkesan dengan kesenian Bali, untuk dipromosikan ke Eropa dan Amerika Serikat. Tari ini merupakan tari berpasangan ditarikan oleh seorang panari wanita dan seorang penari laki-laki.

Hasil gambar untuk foto oleg peliatan








 Gerakan-gerakan Tari Oleg Tamulilingan menggambarkan keluwesan seorang penari wanita, dan kegagahan penari laki-laki. Kedua penari menampilkan gerakan-gerakan bermesraan dengan penuh dinamika. Bernama John Coast (1916-1989), kelahiran Kent, Inggris, sangat terkesan dengan kebudayaan Bali. Sebelum berkiprah di Bali, ketika perang dunia kedua meletus, Coast masuk wajib militer dan sebagai perwira, sampai sempat bertugas di Singapura. Ketika Singapura keburu dikuasai Jepang, Coast yang berstatus tawanan lalu dikirim ke Thailand. Namun begitu, Coast memang berbakat seni. Ia ternyata melahirkan tulisan “Railroad of Death” pada 1946 yang kemudian mencapai best seller dalam waktu singkat. Hal itu mendorong semangatnya lagi untuk menulis buku “Return to the River Kwai” pada 1969. Di sela itu, Coast sempat berkolaborasi dengan seniman musik dan tari dari berbagai latar budaya, hingga menggelar pertunjukan konser pasca-perang. Setelah merasa aman, pada 1950 Coast meninggalkan Bangkok menuju Jakarta karena terdorong untuk mengabdi kepada perjuangan Indonesia. Dalam waktu singkat, ia mendapat kepercayaan dari Bung Karno untuk memegang jabatan sebagai atase penerangan Indonesia. Selama di Indonesia, Coast menikah dengan Supianti, putri Bupati Pasuruan. Ketika menetap di Bali, ia tinggal di kawasan Kaliungu, Denpasar. Cinta Coast pada seni budaya Bali mulai tumbuh saat tersentuh tradisi dan kehidupan masyarakat. Kesenian ternyata amat memikat hati dan obsesinya untuk mengorganisir sebuah misi kesenian ke Eropa. Selama petualangannya mengamati beberapa sekeha gong di Bali, Coast tertarik dengan penampilan sekaha gong Peliatan. Pada 1952, Coast menilai bahwa Gong Peliatan dengan permainan kendang AA Gde Mandera yang ekspresif cukup layak ditampilkan di panggung internasional. Dalam rencana lawatan ke Eropa itu, Coast ingin juga membawa sebuah tarian yang indah dan romantik, di samping beberapa tarian yang sudah sering dilihatnya. Atas saran Mandera, Coast lalu menghubungi penari terkenal sekaligus guru tari I Ketut Marya yang kemudian akrab dipanggil I Mario. Mario yang kala itu sudah menciptakan tari Kebyar Duduk yang kemudian menjadi tari Terompong, bersedia bergabung dengan Gong Peliatan. Coast “merangsang” Mario untuk berkreasi lagi dengan memperlihatkan buku tari klasik ballet yang di dalamnya terdapat foto-foto duet “Sleeping Beauty” yaitu tentang kisah percintaan putri Aurora dengan kekasihnya Pangeran Charming. Maka terinspirasilah Mario menciptakan tari Oleg. Inilah yang diinginkan Coast. Untuk membawakan tari Oleg — tarian baru itu, I Mario memilih I Gusti Ayu Raka Rasmi yang memiliki basic tari yang bagus. Dalam menata iringannya, Mario mengajak I Wayan Sukra, ahli tabuh asal Marga, Tabanan. Di samping itu, dilibatkan pula tiga pakar tabuh Gong Peliatan dalam menggarap gending Oleg itu yakni Gusti Kompyang, AA Gde Mandera, dan I Wayan Lebah. Tari Oleg itu semula bernama Legong Prembon. Nampaknya Coast kurang berkenan dengan nama Legong Prembon karena kata itu sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. I Mario lantas menggantinya menjadi tari Oleg Tamulilingan Mengisap Sari dan atas kesepakatan bersama akhirnya disebut Oleg Tamulilingan atau “The Bumble Bee Dance”. Tarian ini menggambarkan dua ekor kumbang, jantan dan betina, sedang bersenang-senang ditaman bunga sambil mengisap madu. Sebagai kumbang jantan pasangan Raka Rasmi, dipilihlah I Sampih yang jauh lebih tua, berasal dari Bongkasa, Badung. Kata oleg dalam kamus bahasa Bali berarti “goyang”. Dalam tarian yang melambangkan kumbang betina itu, memang terdapat gerakan bergoyang lemah gemulai seolah-olah pohon tertiup angin. Gerakan lemah gemulai tari Oleg ini nampak pada bagian pengadeng — saat penari memegang oncer yang bergantian dengan kedua tangan ditekuk silang di depan dada, sambil bergoyang ke kanan dan ke kiri. Maka dinilai, pemeran yang cocok membawakannya adalah yang berperawakan langsing semampai sebagai pemberi kesan ngoleg. Begitulah. Tarian ini lantas awalnya lebih dikenal di mancanegara daripada di Bali, karena begitu tercipta lalu dipakai ajang promosi Bali di luar. Sebelum berangkat ke Eropa, misi kesenian pemerintah RI itu terlebih dahulu pentas di Istana Merdeka untuk pamitan kepada Presiden Soekarno karena akan melawat sekitar 10 bulan mengunjungi Prancis, Jerman, Belgia, Italia, Inggris dan beberapa kota besar di Amerika Serikat. Mario tidak turut dalam rombongan itu. Namun beberapa tahun kemudian, bersama Gong Pangkung Tabanan, ia “menghipnotis” masyarakat Eropa, Kanada dan Amerika Serikat dengan berbagai improvisasi gerak tari indah dalam tari Kebyar Duduk dan tari Terompong pada acara “Coast to Coast Tour” pada 1957 dan 1962.

16 komentar: